Beranda | Artikel
Ahli Fiqih Yang Menolak Kebenaran Karena Sombong
Selasa, 26 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Ahli Fiqih Yang Menolak Kebenaran Karena Sombong adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 18 Rabi’ul Awal 1443 H / 25 Oktober 2021 M.

Kajian Islam Tentang Ahli Fiqih Yang Menolak Kebenaran

Salah satu kebiasaan dan juga akhlak para Salaf adalah mereka tidak segan untuk berpindah dari satu pendapat kepada pendapat yang mereka nilai lebih mendekati kebenaran. Ia beralih dari satu dalil ke dalil lainnya yang mereka anggap lebih jelas. Ini merupakan bukti ketulusan niat di dalam mencari kebenaran.

Salah satu talbis iblis terhadap orang-orang yang berbicara di dalam masalah fiqih adalah berusaha untuk mempertahankan pendapat gurunya atau pendapat yang mereka sudah kenal sebelumnya. Lalu mereka merasa berat untuk beralih kepada pendapat yang ternyata mungkin lebih kuat dari sisi dalil atau lebih jelas kebenarannya. Ini semua adalah demi mempertahankan ego, gengsi, atau mempertahankan pendapat mazhab, atau pendapat gurunya, atau pendapat sudah dia pegang lama.

Pada saat salah seorang dari ahli fiqih mengetahui bahwa kebenaran ada di pihak lawan atau yang berseberangan dengannya, dia tetap tidak mau atau enggan meninggalkan kesalahannya. Dada terasa sesak saat mengetahui kenyataan bahwa kebenaran ada di pihak lawan. Ini adalah cobaan yang sulit ahli fiqih, dimana dia dikenal dengan kedalamannya di dalam membahas fiqih.

Kalau dia tidak memiliki dada yang lapang, maka dia akan menolak pendapat itu. Kadang dia berusaha keras untuk membantahnya, padahal dia tahu betul bahwa apa yang ada di pihak lawan itu adalah yang benar.

Di sini perlu kebersihan hati dan niat yang lurus untuk bisa sampai kepada kebenaran. Itu adalah bagian yang terberat ketika kita melihat bahwa kebenaran itu ternyata ada di pihak yang lain, bukan di pihak kita. Disitulah diuji bagaimana loyalitas kita kepada Al-Quran dan hadits. Kita tunduk kepada dalil atau kepada hawa nafsu?

Imam Asy-Syafi’i pernah berkata: “Tidaklah aku berdebat dengan seseorang melainkan aku ingin agar kebenaran itu keluar dari lisannya.” Artinya beliau siap untuk menerima kebenaran itu dari lawan debatnya.

Keburukan yang terburuk adalah kita menolak kebenaran karena kebenaran itu tidak datang dari kita. Padahal kita bukan acuan kebenaran dan kita tahu itu.

Imam Asy-Syafi’i juga pernah berkata: “Tidaklah aku berdebat dengan seseorang yang dia itu mengingkari dalil melainkan wibawanya akan jatuh di mataku. Serta tidaklah dia menerima dalil melainkan aku akan menghormatinya. Dan tidaklah pula aku berdebat dengan seorang, kemudian aku mendapat musibah karena hujah ada padanya, kalau dia memang memilikinya, maka aku wajib mengikuti pendapatnya.”

Di sini iblis memainkan perannya untuk memasukkan kedalam hati kita penyakit sombong. Walaupun kata-kata kita menunjukkan seolah-olah sebagai orang yang tawadhu’. Sebagian orang menutupi kesombongannya dengan kata-kata yang menunjukkan seolah-olah dia adalah orang yang tawadlu’. Padahal dia menolak kebenaran, dan itu cukup dikatakan sebagai sebuah kesombongan. Hal ini karena salah satu definisi sombong yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah:

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)

Iblis memasukkan ini ke dalam hati mereka sehingga mereka menolak kebenaran itu. Sehingga perlu kejernihan hati dan kelapangan dada untuk bisa menerima kebenaran dari manapun itu datangnya. Walaupun dari orang yang kita benci ataupun musuh. Karena terkadang Allah menguji kita, sejauh mana loyalitas kita kepada kebenaran dengan memunculkan kebenaran itu dari pihak lain. Bisakah kita menerimanya, bisakah kita mengakui kita bukanlah acuan kebenaran? Setinggi apapun ilmu yang kita miliki, sepintar apapun kita, kita bukan acuan kebenaran.

Sebagaimana Allah menguji iblis dengan perintah sujud kepada Adam, sementara iblis adalah Jin yang paling tinggi kedudukannya karena ilmunya. Allah uji dengan perintah untuk sujud kepada Adam. Ternyata iblis -karena kesombongannya- tidak mau sujud kepada Adam, dia menolak perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya dia menolak kebenaran itu.

Kedudukan yang tinggi adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana harta yang banyak adalah ujian.

Bagaimana penjelasan talbis iblis terhadap ahli fiqih? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50936-ahli-fiqih-yang-menolak-kebenaran-karena-sombong/